ditulis oleh Dandy Cahyo W
Inisiasi atau yang lebih kita kenal dengan nama ospek akhir-akhir ini dipertimbangkan eksistensinya, apakah inisiasi hanyalah sebuah tradisi dimana kakak angkatan bisa memplonco adik-adik akngkatannya yang baru lulus SMA ataukah insiasi bisa benar-benar menjadi sarana untuk memperbaharui pola pikir dari anak SMA ke anak kuliah.
Ada beberapa pandangan mengenai inisiasi dengan pandangan pertama adalah inisiasi yang cenderung tidak humanis. Beberapa saat lalu mungkin sebagian dari kita tahu tentang beberapa insiden inisiasi yang bahkan menyebabkan mahasiswa meninggal atau yang berbau-bau militeristik. Hal ini menurut penulis merupakan pola pikir “jadul” mengenai konsep inisiasi ini sendiri.
Memang hal ini sesuai dengan apa yang terjadi dalam sejarah dibentuknya ospek, dimana ospek ini pertama kali dirancang untuk mempersiapkan pelajar dalam perang sehingga didalamnya ada latihan fisik dan bersifat militaristik. Kemudian hal ini pun diwariskan turun temurun hingga mungkin muncullah insiden-insiden akhir-akhir ini. Mungkin hanya beberapa instansi pendidikan saja yang masih menerapkan konsep inisiasi seperti ini meskipun sudah banyak pihak yang memprotes.
Disamping itu ternyata ada kasus dimana inisiasi dimaknai berbeda oleh mahasiswa yang menginisiasi dan universitas. Pihak kampus melakukan inisiasi dengan hanya sekedar memberikan informasi administratif mengenai bagaimana cara KRS-an, membayar SKS, tata cara perkuliahan, apa saja unit kemahasiswaan yang ada dalam universitas itu sendiri dll. Lantas apakah tujuan mereka hanya mengenalkan “atribut” perkuliahan tersebut pada mahasiswa baru? Tak lain dan tak bukan adalah karena pihak instansi tersebut hanya akan mencari titik aman dimana tidak akan ada kekerasan atau militaristik didalam inisiasi.
Pihak mahasiswa yang jadi panitia inisiasi ini sendiri berpendapat bahwa inisiasi merupakan prosesi penyambutan calon-calon mahasiswa dengan mempersiapkan mereka secara matang. Menurut mereka, jika inisiasi bukan untuk melatih otot lagi, berarti inisiasi yang harusnya dilakukan adalah untuk melatih otak dan mental mahasiswa baru. Yang dimaksud “melatih” disini adalah lebih kearah mempersiapkan diri sebagai mahasiswa secara lahir dan batin. Inisiasi haruslah mengandung nilai-nilai yang menjadi pengantar sekaligus pegangan bagi calon-calon mahasiswa, dengan mengusung sedikit saja nilai-nilai yang akan dipegang mahasiswa baru maka ia akan lebih matang memasuki jenjang perkuliahan.
Analogi yang bisa menjelaskan substansi dari inisiasi sebagai persiapan dalam perkuliahan adalah analogi perjamuan makan. Seorang anak yang diundang makan malam oleh sebuah keluarga yang kaya raya yang mengenal table manner, baju sopan dll. Yang harus dipersiapkan seorang anak itu bukan hanya mengenai pakaian ataupun table manner itu sendiri, tetapi juga harus mempersiapkan tentang bagaimana ia harus bersikap, bagaimana ia harus terlebih dahulu mengenal sebagian watak-watak keluarga itu agar ia lebih siap memasuki atmosfer keluarga itu.
Inisiasi bukan hanya mengenalkan “baju” perkuliahan saja, tetapi memiliki esensi penting yang bisa menunjang kehidupannya di bangku perkuliahan. Bahkan ketika inisiasi dianggap hanya sebagai ajang sosialisasi administrasi, hal ini semakin memperkuat mengenai nilai-nilai yang ada dalam inisiasi.
Sosialisasi seperti sosialisasi KB bukan hanya mengenalkan kita akan kondom bahkan cara memakai kondom, tetapi juga menjelaskan mengenai mengapa kita perlu KB, apa latar belakang KB, apa akibatnya yang menurut penulis hal-hal ini mengandung nilai-nilai yang tersirat. Mungkin saja menurut pihak kampus inisiasi yang mengandung nilai-nilai tersebut merupakan ancaman bagi kampus karena dengan membentuk mahasiswa menjadi lebih kritis akan kebijakan-kebijakan kampus.
Sekarang apakah inisiasi yang hanya mengenalkan informasi administratif ini akan membentuk mahasiswa yang lebih matang daripada jika kita menambahkan nilai-nilai dalam pintu gerbang itu? Apakah mahasiswa bisa dikatakan unggul jika ia cuma bisa bayar SKS, menyusun KRS, dll? Apakah inisiasi akan dimaknai ajang plonco atau hanya mengenalkan “baju” perkuliahan semata ataukah sebagai pintu gerbang mempersiapkan mahasiswa yang matang, kritis dan gampang memasuki segala atmosfer yang ada dalam perkuliahan? Inisiasi kemudian penting dilakukan jika didalamnya mengandung nilai-nilai esensial mahasiswa.
Inisiasi atau yang lebih kita kenal dengan nama ospek akhir-akhir ini dipertimbangkan eksistensinya, apakah inisiasi hanyalah sebuah tradisi dimana kakak angkatan bisa memplonco adik-adik akngkatannya yang baru lulus SMA ataukah insiasi bisa benar-benar menjadi sarana untuk memperbaharui pola pikir dari anak SMA ke anak kuliah.
Ada beberapa pandangan mengenai inisiasi dengan pandangan pertama adalah inisiasi yang cenderung tidak humanis. Beberapa saat lalu mungkin sebagian dari kita tahu tentang beberapa insiden inisiasi yang bahkan menyebabkan mahasiswa meninggal atau yang berbau-bau militeristik. Hal ini menurut penulis merupakan pola pikir “jadul” mengenai konsep inisiasi ini sendiri.
Memang hal ini sesuai dengan apa yang terjadi dalam sejarah dibentuknya ospek, dimana ospek ini pertama kali dirancang untuk mempersiapkan pelajar dalam perang sehingga didalamnya ada latihan fisik dan bersifat militaristik. Kemudian hal ini pun diwariskan turun temurun hingga mungkin muncullah insiden-insiden akhir-akhir ini. Mungkin hanya beberapa instansi pendidikan saja yang masih menerapkan konsep inisiasi seperti ini meskipun sudah banyak pihak yang memprotes.
Disamping itu ternyata ada kasus dimana inisiasi dimaknai berbeda oleh mahasiswa yang menginisiasi dan universitas. Pihak kampus melakukan inisiasi dengan hanya sekedar memberikan informasi administratif mengenai bagaimana cara KRS-an, membayar SKS, tata cara perkuliahan, apa saja unit kemahasiswaan yang ada dalam universitas itu sendiri dll. Lantas apakah tujuan mereka hanya mengenalkan “atribut” perkuliahan tersebut pada mahasiswa baru? Tak lain dan tak bukan adalah karena pihak instansi tersebut hanya akan mencari titik aman dimana tidak akan ada kekerasan atau militaristik didalam inisiasi.
Pihak mahasiswa yang jadi panitia inisiasi ini sendiri berpendapat bahwa inisiasi merupakan prosesi penyambutan calon-calon mahasiswa dengan mempersiapkan mereka secara matang. Menurut mereka, jika inisiasi bukan untuk melatih otot lagi, berarti inisiasi yang harusnya dilakukan adalah untuk melatih otak dan mental mahasiswa baru. Yang dimaksud “melatih” disini adalah lebih kearah mempersiapkan diri sebagai mahasiswa secara lahir dan batin. Inisiasi haruslah mengandung nilai-nilai yang menjadi pengantar sekaligus pegangan bagi calon-calon mahasiswa, dengan mengusung sedikit saja nilai-nilai yang akan dipegang mahasiswa baru maka ia akan lebih matang memasuki jenjang perkuliahan.
Analogi yang bisa menjelaskan substansi dari inisiasi sebagai persiapan dalam perkuliahan adalah analogi perjamuan makan. Seorang anak yang diundang makan malam oleh sebuah keluarga yang kaya raya yang mengenal table manner, baju sopan dll. Yang harus dipersiapkan seorang anak itu bukan hanya mengenai pakaian ataupun table manner itu sendiri, tetapi juga harus mempersiapkan tentang bagaimana ia harus bersikap, bagaimana ia harus terlebih dahulu mengenal sebagian watak-watak keluarga itu agar ia lebih siap memasuki atmosfer keluarga itu.
Inisiasi bukan hanya mengenalkan “baju” perkuliahan saja, tetapi memiliki esensi penting yang bisa menunjang kehidupannya di bangku perkuliahan. Bahkan ketika inisiasi dianggap hanya sebagai ajang sosialisasi administrasi, hal ini semakin memperkuat mengenai nilai-nilai yang ada dalam inisiasi.
Sosialisasi seperti sosialisasi KB bukan hanya mengenalkan kita akan kondom bahkan cara memakai kondom, tetapi juga menjelaskan mengenai mengapa kita perlu KB, apa latar belakang KB, apa akibatnya yang menurut penulis hal-hal ini mengandung nilai-nilai yang tersirat. Mungkin saja menurut pihak kampus inisiasi yang mengandung nilai-nilai tersebut merupakan ancaman bagi kampus karena dengan membentuk mahasiswa menjadi lebih kritis akan kebijakan-kebijakan kampus.
Sekarang apakah inisiasi yang hanya mengenalkan informasi administratif ini akan membentuk mahasiswa yang lebih matang daripada jika kita menambahkan nilai-nilai dalam pintu gerbang itu? Apakah mahasiswa bisa dikatakan unggul jika ia cuma bisa bayar SKS, menyusun KRS, dll? Apakah inisiasi akan dimaknai ajang plonco atau hanya mengenalkan “baju” perkuliahan semata ataukah sebagai pintu gerbang mempersiapkan mahasiswa yang matang, kritis dan gampang memasuki segala atmosfer yang ada dalam perkuliahan? Inisiasi kemudian penting dilakukan jika didalamnya mengandung nilai-nilai esensial mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar